Kamis, 03 November 2011
Rabu, 02 November 2011
lumba lumba hidung botol
Temuan-temuan seorang ahli zologi telah memandu para insinyur yang membangun jaringan-jaringan rumit seperti World Wide Web dan jejaring kisi-kisi listrik ke arah baru: lumba-lumba.
David
Lusseau dari Universitas Otago memelajari suatu kelompok yang terdiri
atas 64 lumba-lumba hidung botol selama rentang masa tujuh tahun Ia
menemukan di antara mereka adanya suatu tatanan sosial yang mirip dengan
yang ada pada manusia dan jaringan buatan manusia. Telaah matematis
Lusseau diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society.
Banyak
jaringan rumit, termasuk masyarakat manusia, memiliki ciri-ciri yang
memungkinkan pertukaran cepat informasi di kalangan anggotanya.
Kajian
oleh peneliti Selandia Baru ini menunjukkan bahwa masyarakat binatang
juga tersusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan penerusan informasi
secara cepat dan efisien. Makhluk-makhluk berumur panjang seperti
gorila, kijang, gajah, dan lumba-lumba hidung botol bergantung pada
lingkungan mereka dalam penyampaian informasi.
Dalam
pengamatan-pengamatannya, Lusseau memusatkan diri pada anggota-anggota
kawanan yang lebih sering tampak bersama. Ia menyadari bahwa kelompok
ini terdiri sebagian besar atas betina-betina dewasa, dan mereka
berfungsi sebagai pusat-pusat penyampaian informasi bagi masyarakatnya.
Untuk
mengukur aliran informasi dalam sebuah sistem, cukuplah dengan melihat
pada titik-titik pusat yang dilalui aliran informasi itu dan menghitung
jumlah unsur yang diperlukan dalam perjalanan itu dari titik pangkal
hingga titik ujung. Lusseau menggunakan teknik pengukuran ini, yang
disebut dengan “diameter”. Ketika hasil-hasil yang diperolehnya
menggunakan cara ini dibandingkan dengan data yang diungkapkan oleh
Internet, ia mendapati dirinya berhadapan dengan kenyataan yang
menakjubkan.
Lamanya
penyampaian informasi bertambah ketika sejumlah besar titik yang
membentuk hubungan-hubungan pada Internet dibuang. Ketika hanya 2%
simpul dengan kaitan terbanyak pada Internet dikeluarkan dari sistem,
diperlukan dua kali jauhnya untuk berjalan dari satu unsur ke unsur
lainnya. Akan tetapi, di kalangan lumba-lumba, keadaannya berbeda.
Lusseau
memantau lumba-lumba menggunakan tanda-tanda pada sirip-sirip punggung
dan mengamati bahwa ketika anggota-anggota yang bertindak sebagai pusat
komunikasi meninggalkan kelompoknya, masyarakat lumba-lumba menunjukkan
daya tahan yang besar. Kepaduan masyarakat lumba-lumba tidak
terpengaruh oleh ketiadaan anggota-anggota kunci. Daya tahan ini
memungkinkan masyarakat lumba-lumba tetap terus berada dalam keadaan
sehat bahkan jika sepertiga anggotanya hilang.
Sang
peneliti menyatakan bahwa berkat sistem ini, jaringan dapat tetap
bertahan bahkan di hadapan bencana kematian. Lebih lagi, ia berpendapat
bahwa sifat-sifat ini dapat diterapkan pada jaringan buatan manusia
seperti World Wide Web.
Sebagaimana
kita lihat, ada penataan pada lumba-lumba yang terlindung lebih baik
daripada jaringan komunikasi yang membangun Internet dan berfungsi lebih
ampuh pada saat simpul-simpul utama tercerabut. Adanya ciri seperti
itu pada lumba-lumba berarti bahwa aneka syarat mesti diperhitungkan.
Misalnya, beberapa tahap, seperti menghitung beban yang akan ditimpakan
pada titik-titik hubungan dalam rangka menata Internet dan menaksir di
awal bagaimana keseluruhan jaringan akan terpengaruh jika titik-titik
itu tercerabut dari sistem, dilakukan oleh para insinyur jaringan dan
ini membuat informasi berjalan dalam sistem seefisien mungkin.
Keberadaan para insinyur yang menghitung dan menata aliran informasi
pada Internet menunjukkan adanya kecerdasan unggul yang mengatur
jaringan informasi pada lumba-lumba dan banyak mahluk hidup lain
sejenisnya di alam. Tidak dapat diragukan bahwa kecerdasan unggul ini
adalah Allah yang Mahatahu, Mahakuasa.
Penciptaan
jaringan informasi pada lumba-lumba ini adalah perwujudan dari namaNya
yang Maha Pengasih. Kasih Allah diwujudkan dalam jaringan informasi ini
sebagaimana berikut:
Cara
makhluk-makhluk hidup seperti lumba-lumba, yang tinggal dalam perairan
terbuka dan dekat dengan permukaan, berperilaku sebagai satu kelompok
amatlah penting. Gaya hidup ini memberikan keuntungan dalam hal
bersiaga terhadap pemangsa, maupun ketika berburu. Berkat arus
informasi yang sinambung di kalangan betina-betina dewasa di dalam
kelompok, anggota-anggota lain dipasok dengan informasi tentang
kedudukan mangsa dan pemangsa, yang akibatnya kelompok ini dibantu dalam
berperilaku secara padu. Jika aliran informasi pada lumba-lumba ini
menjadi timpang karena kehilangan satu lumba-lumba yang diakibatkan oleh
pemangsa, maka larinya lumba-lumba lain akan tidak berarti, dan
anggota-anggota yang tak berpeluang berkomunikasi akan terpaksa menyebar
dan akhirnya menjadi santapan pemangsa-pemangsa lainnya. Akan tetapi,
jaringan informasi yang diciptakan pada lumba-lumba oleh Allah tidak
terputus pada saat-saat seperti itu, dan membuat para anggota kawanan
bertahan hidup dengan menjaga kepaduan kelompok.
posting pertamu tentang sekolah tercinta
sejarah man darussalam ciamis
Pada
paruh 1929, Kyai Ahmad Fadlil (meninggal tahun 1950) ayahanda K.H.
Irfan Hielmy (alm), memulai kisah pendirian Pondok Pesantren dengan
sebuah mesjid dan sebuah bilik sebagai asrama. Santri yang pertama
mondok adalah pemuda-pemuda setempat yang tidak saja diajarai ilmu-ilmu
agama tetapi diajak mengolah sawah, bercocok tanam, dan diberi contoh
bagaimana memelihara bilik dan memakmurkan mesjid. Pesantren Cidewa,
sebutan untuk komunitas baru itu, dengan cepat mendapat simpati serta
dukungan dari masyarakat sekitar bahkan di tahun-tahun pertama mulai
dikenal luas dan Iebih banyak lagi santri yang mondok. Tanah Pondok
Pesantren Darussalam Ciamis ini adalah hasil wakaf dari suami-istri Mas
Astapraja dan Siti Hasanah di Kampung Kandanggajah, Desa Dewasari,
Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Pada
tahun 1967 mulai dirintis penyelenggaraan sistem pendidikan formal
dengan mengadaptasi model klasikal, dan sampai saat ini semua jenjang
pendidikan dari mulai Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudlatul Athfal (RA)
telah berdiri hingga Perguruan Tinggi.
Lembaga pendidikan formal pertama yang didirikan oleh Pesantren Darussalam Ciamis adalah
Raudhlatul Athfal (RA) pada tahun 1967, kemudian pada tahun 1968
berdiri Madrasah Ibtidaiyah (MI) setingkat SD, dan Madrasah Tsanawiyah
(setingkat SMP) berdiri pada tahun 1969. Kemudian pada tahun 1969
berdiri Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri (MAAIN) yang semula merupakan
Madrasah Aliyah Swasta Darussalam Kabupaten Ciamis berdasarkan
Keputusan Menteri Agama RI No. 62 Tahun 1969 pada tangal 2 Djuli tahun
1969. Dan dalam konsideran SK Menteri Agama tersebut dinyatakan bahwa
selama Anggaran Belanja Departemen Agama untuk keperluan tersebut tidak
mencukupinya, maka biaya pembinaan selanjutnya dibebankan kepada
Pengasuh Pesantren Darussalam Ciamis. (SK terlampir)
Dalam
perjalanannya yang telah mencapai usia 41 tahun ini, MAN Darussalam
Ciamis berkomitmen pada aturan yang berlaku yang kemudian dikembangkan
dengan arah kebijakan madrasah serta pendayagunaan potensi tenaga
edukatif, tenaga administratif serta fasilitas sarana yang ada di MAN
Darussalam Ciamis. Kondisi demikian tentu akan menunjukan jati dirinya
dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas. Hal ini dapat dibuktikan
dengan berbagai keberhasilan yang dicapai peserta didik.
Demikian
pula sebagai arah timbal balik hubungan madrasah dengan masyarakat, MAN
Darussalam Ciamis telah menunjukkan perhatian serta kepercayaan
masyarakat yang semakin positif. Hal ini pun dapat dibuktikan dengan
peminat siswa dari tahun ke tahun yang terus meningkat sehingga dalam
penerimaan siswa baru diadakan seleksi melalui batasan nilai (hasil
Ujian Nasional dan tes khusus).
Kendatipun
demikian, sebagai suatu proses usaha pendidikan yang menghadapi
berbagai heteroginitas dalam komponen-komponennya, maka tidak menutup
mata terhadap berbagai kekurangan yang perlu disempurnakan. Oleh karena
itu dalam mengoperasionalkan usaha pendidikan pada MAN Darussalam
Ciamis, secara berkesinambungan pimpinan madrasah serta seluruh mitra
kerjanya senantiasa berfikir inovatif dan prosfektif menuju pendidikan
yang bermutu.
Dalam perjalannya sampai sekarang, Alhamdulillah MAN Darussalam Ciamis
telah mampu melengkapi dirinya dengan sarana dan prasarana yang tidak
kalah dari sekolah lainnya, demi mendukung pengembangan keilmuan yang
diharapkan seluruh pihak, misalnya laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mencakup Laboratorium Fisika, Kimia, dan Bilogi. Selain itu dilengkapi pula dengan Laboratorium Bahasa dan Laboratorium Komputer.
Demikian pula dengan unsur pendidiknya, MAN Darussalam Ciamis
terus berusaha menjalin kerjasama baik dengan sesama pendidik dalam
negeri maupun dengan para pendidik dari mancanegara, khususnya dari Asia
dan Amerika, juga para siswanya pernah diikutsertakan dalam program pertemuan pelajar ke Jepang, dan guru ke Amerika Serikat (AS).
Disamping itu, MAN Darussalam Ciamis
tetap berpegang teguh pada prinsip utama yaitu mencetak manusia yang
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) tanpa melupakan
keimanan dan ketaqwaan (Imtak). Kegiatan keagamaan sesuai ciri Madrasah
terus dikembangkan sehingga cita-cita tersebut bisa tercapai.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di MAN Darussalam Ciamis
dapat tercapai apabila proses pembelajaran mampu membentuk pola prilaku
peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan, serta dapat dievaluasi
melalui pengukuran dengan menggunakan tes dan non tes. Proses
pembelajaran akan efektif apabila dilakukan melalui persiapan yang
matang dan terencana dengan baik supaya dapat memenuhi.
Adapun para Kepala yang pernah memimpin/bertugas di MAN Darussalam Ciamis adalah sebagai berikut:
1) KH. Ibrahim Ahmad (1969 – 1994)
2) Drs. H. Wahyudin, M. Pd. (1994 – 2004)
3) Dra. Hj. Eulis Fadilah Jauhar Nafisah, M. Pd. I (2004 – 2010)
4) Drs. Tatang Ibrahim, M. Pd (2010 – sekarang)
Langganan:
Postingan (Atom)